Liang Kabori: Pusaka Imajinasi Leluhur dari Masa Prasejarah Pulau Muna
- account_circle Novrizal
- calendar_month Sab, 14 Jun 2025
- visibility 121
- comment 0 komentar

“Di dinding gua yang sunyi itu, leluhur kita berbicara dalam bahasa gambar. Kini, giliran kita untuk mendengarkan dan merawatnya“
NUANSAMEDIA.COM, MUNA – Di antara perbukitan karst Pulau Muna yang sunyi dan purba, tersembunyi jejak kehidupan manusia yang telah lama berlalu. Kompleks Gua Prasejarah Liang Kabori, terletak di Desa Liang Kabori, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, menyimpan ribuan gambar cadas, lukisan dinding gua yang tak hanya menyimpan nilai estetika, namun juga informasi arkeologis tentang peradaban manusia prasejarah di kawasan timur Indonesia.
Sejak pertama kali dilaporkan oleh petani lokal pada 1977, kawasan ini terus diteliti, dan jumlah situsnya terus bertambah. Hingga tahun 2022, sebanyak 43 situs gua dan ceruk telah teridentifikasi mengandung gambar cadas. Data terbaru bahkan menambahkan 5 situs baru: Wakuntai, Lakolombu 2, Makampilo, Lonsobalano, dan Febuniha Pando.
Oh, iya, dalam bahasa Muna, “Lia” berarti gua, sedangkan “Ngkabori” berasal dari kata bori, yang berarti gores. Seiring waktu, nama “Liang Kabori” menjadi lebih dikenal dan digunakan luas oleh para peneliti.
Gambar Cadas: Bahasa Imajinatif Zaman Prasejarah
Gambar cadas atau rock art adalah hasil karya manusia yang dibuat di permukaan batu, baik dengan cara menggoreskan atau menambahkan pigmen. Di Liang Kabori, gambar cadas dibuat di dinding dan langit-langit gua, dengan warna dominan cokelat, diikuti oleh hitam dan merah.
Jenis motif yang ditemukan sangat beragam, antara lain:
- Manusia: ditemukan di 40 situs
- Hewan (seperti rusa, kuda, anjing, kadal, buaya, lipan): 32 situs
- Motif geometris: 29 situs
- Cap tangan negatif: 6 situs
- Perahu: 13 situs
- Layang-layang: 5 situs
- Motif tidak teridentifikasi: ditemukan di 41 situs
Motif dan Makna: Cermin Sosial-Budaya Masyarakat Prasejarah
Motif-motif yang tergambar bukan hanya simbol semata, melainkan cerminan kehidupan sosial, ekonomi, dan spiritual masyarakat pendukungnya.
- Motif Binatang: menggambarkan pentingnya perburuan dalam kehidupan sehari-hari.
- Manusia Berkuda dan Berperang: menunjukkan adanya struktur sosial militeristik dan sistem nilai yang kompleks.
- Perahu dan Layang-Layang: mengindikasikan relasi erat masyarakat dengan laut serta kemungkinan makna spiritual atau simbolik.
- Cap Tangan: ditempatkan pada panel terpisah, diyakini memiliki makna spiritual atau identitas individu/kelompok.
Distribusi Situs dan Jumlah Gambar Cadas
Berikut beberapa situs penting beserta data jumlah gambarnya:
Situs | Tahun Ditemukan | Jumlah Gambar | Warna (Hitam/Cokelat/Merah) |
---|---|---|---|
Metanduno | 1970-an | 350 | ✔ / ✔ / ✔ |
Kabori | 1970-an | 222 | ✔ / ✔ / ✔ |
Pominsa 1 | 2014 | 252 | ✘ / ✔ / ✔ |
Kaghofighofine | 2016 | 119 | ✔ / ✔ / ✔ |
Maarewu | 2017 | 93 | ✘ / ✔ / ✘ |
Lakolombu 1 | 1970-an | 91 | ✘ / ✔ / ✘ |
Pinda | 2014 | 86 | ✘ / ✔ / ✘ |
Adapun situs-situs seperti Toko, Wabose, Lasabo, dan Tangga Ara memiliki kekhususan motif: dari adegan perburuan hingga gambaran peperangan dan domestikasi hewan.
Fase dan Urutan Gambar: Kronologi Imajinasi
Meskipun belum ada data umur absolut (seperti metode Uranium-Series atau C14), urutan relatif dari superposisi gambar dapat diidentifikasi sebagai berikut:
- Cap Tangan Negatif
- Motif Perahu
- Motif Kuda dan Figur Manusia
Hal ini menunjukkan adanya evolusi ide dan teknologi masyarakat setempat, dari kepercayaan simbolik awal menuju penggambaran kehidupan sehari-hari yang lebih kompleks.
Ekspresi Artistik yang Tak Ditemukan di Wilayah Lain
Keunikan Liang Kabori terletak pada keberagaman bentuk manusia yang digambarkan:
- Pemburu berkuda
- Prajurit tidak berkuda
- Manusia bertolak pinggang
- Manusia terbang
- Penunggang kuda dengan pemandu
- Lukisan manusia yang belum selesai
Motif-motif ini tidak ditemukan di wilayah gambar cadas lain di Indonesia seperti Maros-Pangkep atau Sangkulirang, menjadikan Liang Kabori sangat khas dan penting dalam studi seni prasejarah.
Tantangan Pelestarian dan Peluang Riset
Sayangnya, sebagian gambar telah mengalami kerusakan akibat erosi, kelembaban, dan intervensi manusia. Oleh karena itu, pendekatan konservasi berbasis riset sangat diperlukan. Situs ini juga menyimpan potensi luar biasa untuk pengembangan:
- Kajian konservasi gambar cadas
- Ekspedisi dan penelitian multidisipliner
- Geowisata berbasis edukasi budaya
- Pusat studi gambar cadas Indonesia Timur
Penutup: Dari Liang Kabori untuk Dunia
Liang Kabori bukan hanya milik Pulau Muna atau Sulawesi Tenggara. Situs ini adalah warisan budaya umat manusia. Ia mengajak kita untuk menafsirkan kembali cara manusia purba merespons alam, membangun keyakinan, dan mengekspresikan dirinya. Dengan 43 situs dan ribuan gambar, Liang Kabori adalah bukti bahwa seni dan spiritualitas telah menjadi bagian dari manusia sejak ribuan tahun yang lalu.
Di dinding gua yang sunyi itu, leluhur kita berbicara dalam bahasa gambar. Kini, giliran kita untuk mendengarkan dan merawatnya.
Referensi utama:
Sope, A. & Mahirta. (2023). Potensi Arkeologis: Gambar Cadas Kompleks Gua Prasejarah Liang Kabori Sulawesi Tenggara. Sangia: Jurnal Penelitian Arkeologi, Vol.7 No.1, hal. 1–23.
- Penulis: Novrizal