20 Tokoh Penggerak Desa Wisata Sultra Terima Penghargaan
- account_circle Bardal
- calendar_month Kam, 12 Jun 2025
- visibility 108
- comment 0 komentar

Farlin, Kepala Desa yang Menanam Harapan di Liangkobori
NUANSAMEDIA.COM, Kendari – Di tengah gemerlap lampu panggung dan gemuruh tepuk tangan, satu nama dari desa di Kabupaten Muna menggema lebih dalam dari sekadar seremoni penghargaan. Farlin, Kepala Desa Liangkobori, naik ke podium dengan tenang, mengenakan busana adat yang bukan hanya simbol kebanggaan budaya, tetapi juga semangat yang ia wariskan kepada desanya.
Penghargaan itu menjadi bukti bahwa suara dari desa kini tak lagi hanya bergema di lorong-lorong sempit, tapi mampu menggetarkan panggung provinsi. Lewat tokoh seperti Farlin, Sulawesi Tenggara menegaskan bahwa arah masa depan pariwisatanya dibentuk bukan dari menara gading, tapi dari jalan setapak desa yang penuh harapan.
Penghargaan yang diterimanya—salah satu dari 20 Tokoh Penggerak Desa Wisata Sultra—bukan sekadar prestise. Ia adalah cerita panjang tentang kepemimpinan yang tumbuh dari akar desa, dari tanah purba yang bisu namun sarat makna.
Liangkobori, yang dikenal sebagai situs purbakala yang menyimpan lukisan-lukisan dinding berusia ribuan tahun, selama ini lebih banyak dibicarakan oleh peneliti daripada wisatawan. Namun, di tangan Farlin, situs itu bukan hanya dijaga, tapi dihidupkan kembali sebagai pusat edukasi, ekonomi, dan kebanggaan warga.
“Situs ini adalah bagian dari sejarah manusia. Tapi bagi kami, ini juga bagian dari masa depan,” ujar Farlin usai menerima penghargaan, Kamis (12/6/2025).
Farlin bukan hanya menjaga warisan budaya. Ia menanam harapan baru melalui program pertanian jagung di lahan sekitar situs purbakala. Kebijakan ini bukan datang dari meja rapat, tapi dari dialog bersama warga, dari melihat kebutuhan nyata di lapangan.
“Jagung itu bukan cuma hasil panen. Ia simbol bahwa desa bisa berdikari, bahkan dari lahan yang tadinya kosong,” tutur Farlin.
Lebih jauh, Farlin juga menginisiasi Festival Liangkobori, sebuah ruang tahunan di mana tradisi, seni, dan semangat gotong royong warga melebur menjadi satu. Festival ini tak hanya menarik wisatawan, tapi juga membangun rasa percaya diri masyarakat bahwa budaya mereka punya nilai, punya tempat di masa kini.
Kepala Dinas Pariwisata Sultra, H. Belli Harli Tombili, menyebut Farlin sebagai teladan kepemimpinan lokal yang peka dan progresif.
“Pariwisata berbasis desa hanya bisa hidup jika dipimpin oleh orang-orang seperti Farlin—yang tidak melihat warganya sebagai objek, tapi sebagai pelaku utama,” ungkap Belli.
Sementara Ketua ASIDEWI Indonesia, Andi Yuwono, menyebut Liangkobori sebagai model integrasi antara pelestarian, partisipasi masyarakat, dan inovasi desa.
“Ini bukan sekadar desa wisata. Ini adalah desa yang mengajarkan kita bagaimana sejarah dan masa depan bisa hidup berdampingan,” ujarnya.
- Penulis: Bardal
- Editor: Redaksi